Monday, January 7, 2013

MUMBLING #3

 
- previously titled as "I'm just joking." (2008/ 2009) -

Tempat ini begitu ramai, seperti sebuah terminal. Rasanya kalau aku terus berjalan seperti ini, aku tidak akan sempat menyusul teman-temanku didepan sana. Sial! Bahkan aku sudah kehilangan mereka.
Aku rasa aku mengenal kelompok kecil yang berjalan tidak jauh didepanku. Ya, itu Falqi dan teman-temannya. Teringat bahwa aku sudah tertinggal jauh dari teman-temanku, aku memutuskan untuk berlari mengejar mereka. Entah kenapa aku ingin sekali Falqi melihatku saat aku berlari melewatinya.

Aku pun terus berlari hingga akhirnya menemukan teman-temanku bergerombol dibawah sebuah tangga darurat yang terbuat dari besi. Mereka menyapaku dan aku tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka membicarakan ’bla...bla’ dan ’bla...bla...bla’. Salah satu dari temanku berkata padaku (aku tidak ingat siapa) bahwa aku dan juga mereka harus mencari ’bla...bla...bla’ kemudian ’bla...bla’. Belum sempat aku menanyakan untuk memperjelas ucapannya, tubuhku sudah terdesak ke tangga darurat oleh orang-orang dibelakangku, dan Falqi beserta teman-temannya juga sudah sampai.

Giliranku tiba untuk menaiki tangga tersebut. Aku dibantu oleh salah satu temanku saat menaiki tangga besi itu. Aku berpegangan erat pada besi dingin yang baunya menusuk hidungku. Bau itu berasal dari serpihan besi yang terkelupas karena karat. Saat menaikinya, sekali lagi aku ingin sekali Falqi melihatku. Oh, sudahlah...ada apa denganku?

Dunia disekelilingku terasa berputar dan sedetik kemudian aku sudah berada dihalaman sebuah rumah, tepat di pintu pagarnya. Tidak ada Falqi, teman-temanku, maupun teman-temannya. Aku teringat bahwa aku harus mencari ’bla...bla...bla’ dan ’bla...bla’. Hal ini benar-benar aneh dan membuatku bingung. Aku bertanya pada hampir semua orang yang kutemui. Tapi, semua jawaban mereka sama. Tidak ada ’bla...bla...bla’. kemudian aku melihat seorang nenek yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin memasak atau mencuci piring. Entahlah. Aku bertanya padanya, 
”Permisi, apa nenek tau dimana saya bisa menemukan ’bla...bla...bla’?”.
Dia memandangku kemudian menunjuk sepetak bagian terbuka dengan sebuah keran air.
”Apa itu...?”.
Tapi aku tidak tau apa yang harus kuucapkan. Aku terlalu bingung. Kemudian nenek itu terkekeh, terlihat beberapa giginya yang sudah tanggal.

Sekali lagi dunia disekelilingku berputar saat aku berbalik. Tiba-tiba saja aku berada dikoridor sebuah hotel, setidaknya menurutku begitu. Jantungku seakan berhenti berdetak ketika menyadari siapa yang berjalan kearahku. Dia terlihat sedikit terburu-buru. Kau tau siapa dia? Dia adalah Ryan! Sang vokalis One Republic itu! Band yang baru-baru ini sangat kugemari. Dia menghentikan langkahnya didepanku. Aku masih terpaku melihatnya tapi ingin mengatakan sesuatu, kemudian dengan gugup berkata,
“Hi, Ryan. I’m your fans. You have a great voice. Errr…good luck for the concert! I’ll be there also”.
 Dia merapikan jas abu-abu ditangannya sambil tersenyum kemudian berkata,
“Thank you…”.
Kau seharusnya berada disana! Kau tau, itu adalah senyum termanis yang pernah ada! Senyum dari Ryan, sang vokalis One Republic itu.

No comments: